INTALKS #4 : Body, Space, and Narrative

Juno Home, Jl. Kemang Raya No 78 A, Jakarta

Pada Sabtu, 3 Maret 2018 Kemarin, telah berlangsung Forum Diskusi Interior :  INTALKS yang ke 4 di Juno Home, Jalan Kemang raya nomor 78 A, Bangka, Jakarta Selatan. Acara kali ini berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 dengan menghadirkan 3 pembicara yaitu Chitra Subiyakto, Jay Subiyakto dan Enira Arvanda serta dipandu oleh moderator Nevine Rafa Kusuma. Antusiasme pengunjung ditandai dengan pembelian tiket yang langsung terjual habis pada hari kedua sejak registrasi dibuka.

Intalks kali ini mengangkat tema Body, Space and Narrative yang membahas tentang kaitan manusia sebagai pengguna ruang yang kemudian berinteraksi dengan ruang di sekitarnya dan membentuk sebuah narasi yang unik.

Dari sudut pandang pembicara pertama, Jay Subiyakto, tubuh memegang peran penting dalam penataan ruang narasi. Kekayaan dari ruang narasi dapat dihadirkan dengan memperkuat budaya asli dan meningkatkan teknologi untuk menunjang kualitas ruang yang diinginkan. Prinsip Amati, Tekuni, Manfaatkan menjadi penting karena biasanya inspirasi datang dari pengalaman sehari-hari yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa desain.

Mas Jay, begitu sapaannya, juga menggeluti konsentrasi dalam dunia music di Indonesia, terutama dalam setting panggung pertunjukan. Penentuan tata letak cahaya biasanya Ia buat dengan lighting yang meninggi, dengan settingan panggung yang tinggi serta peletakkan lampu sorot  terhadap penyanyi dan levelling pada lantai dengan tetap mempertimbangkan kondisi existing. Menurutnya, kualitas ruang yang dihadirkan harus dapat menyampaikan kesan yang ingin dihadirkan dari setiap lagu.

“Arsitektur mengerti menipu perspektif dari depan hingga belakang gambarnya lain. Bagaimana menipu image sesorang melihat dan menginterpretasikan space . Para dosen tidak menjelaskan bagaimana arsitektur itu dahsyat. Semua menjadi begitu berhubungan; seni dan arsitektur menjadi keterhubungan, fotografi dan film menjadi berkaitan satu dan lainnya. Arsitek merupakan kata. Bagaimana bisa mampu menginspirasikan orang. Orisinalitas menjadi kunci dari semua yang hebat.” – Jay Subiyakto

 Sedangkan menurut pembicara kedua, Chitra Subiyakto, dengan karyanya; “Sejauh Mata Memandang”, ia banyak bercerita melalui kain. Baginya, tubuh, ruang, dan narasi tercipta dari kain itu sendiri.

“Saya senang bercerita dengan visual. Karena dengan visual yang pertama kali ditangkap oleh mata sesorang. Kain sebagai ruang tubuh karena melekat dengan tubuh kita.” –Chitra Subiyakto

Menurutnya, kain dapat bercerita mengenai banyak hal. Inspirasi utamanya berasa dari alam. Salah satu karyanya yaitu kain yang bercerita mengenai air, dimana laut dan nelayan yang menjadi ide dari kain itu sendiri. Sehingga memberikan sebuah narasi dalam sebuah narasi. Visual tentang laut menghadirkan perasaan dan mood yang bercerita tentang laut itu sendiri.

Ia juga banyak mengambil inspirasi dari pengalaman kesehariannya, salah satunya menjadikan seri kain bermotif mangkok ayam yang termotivasi dari mangkok bakmie yang disenanginya. Baginya, inspirasi dapat datang dari hal-hal kecil yang ada disekitar. Orisinalitas ide yang membuatnya kaya akan nilai seni.

 

Pembicara ketiga, Enira Arvanda bercerita mengenai pendekatan dalam merancang arsitektur interior. Salah satu contoh project yang diangkat yaitu arsitektur gereja yang menggambarkan narasi akan ketuhanan melaui elemen interiornya. Didalamnya menjelaskan juga mengenai bagaimana aktifitas manusia yang akan terjadi serta bagaimana desain merespon konteks yang ada dalam menampilkan narasi yang diinginkan.

Menurut Mba En, begitu sapaannya, sebuah narasi merupakan posibilitas dari imajinasi events yang dapat disampaikan baik secara verbal maupun visual.

“Merancang ruang dengan pendekatan narasi sehingga ketika orang berada disana membuat orang menjadi merasakan fantasi. Mengalami kontur dan berada di ruang imajinatif yang dapat menciptakan Experience dari penggunanya. Perancang memegang peran penting dalam menentukan hubungan setiap elemen fisik pada ruang rancangannya. Sensibilitas seorang arsitek menghubungkan manusia dengan makna pengalaman ruang sebagai performa dari rancangannya. “ –Enira Arvanda

Setelah pemaparan dari ketiga narasumber selesai, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dari penanya dengan berbagai latar belakang seperti pelajar, praktisi, arsitek, desainer, dan lain sebagainya. Acara selesai pada pukul 17.00 yang ditutup dengan jamuan santai dan foto bersama.